Masalah perempuan
dari hari ke hari semakin kompleks dan telah menjadi isu nasional maupun
internasional. Tentu ini menjadi perhatian semua pihak terutama pemerintah. Saat ini pemerintah sudah bertekad untuk terus berupaya agar pemberdayaan perempuan
dapat berjalan maksimal.
Ini tentu saja
harus menjadi perhatian utama karena perempuan itu merupakan potensi yang harus
diperdayakan. Sebab perempuan adalah tulang punggung pembangunan. Yang mana
melalui tangan perempuan generasi
penerus bangsa dibina dan ditempa. Apabila perempuan Indonesia berkualitas
dipastikan generasi penerus bangsa berkulitas juga.
Namun,dalam realita kehidupan dewasa ini beberapa aspek pembangunan perempuan kurang berperan aktif. Hal ini disebabkan kondisi dan
posisi perempuan yang kurang menguntungkan dibandingkan laki-laki. Seperti
peluang dan kesempatann yang terbatas dalam mengakses dan mengontrol sumber
daya pembangunan. Sistem upah yang merugikan,tingkat kesehatan dan pendidikan perempuan
yang rendah. Sehingga manfaat pembangunan kurang diterima kaum perempuan.
Sebagaimana kondisi riil kehidupan yang kita saksikan di Mimika saat ini. Perempuan Mimika merupakan sosok yang menjadi tulang punggung dalam kelaurga. Bahkan urusan mencari nafkah tersebut sudah menjadi bagian dari tugas yang kerap dilakoni. Tetapi, urusan rumah tangga tetap melekat pada diri para perempuan Mimika.
Walau begitu, masih
ada juga perempuan Mimika yang berada
dalam kondisi yang kurang menguntungkan. Baik dari segi mental, pendidikan
maupun urusan ketrampilan lain. Bahkan sering menjadi korban kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT) baik secara fisik maupun psikis. Ini terjadi lantaran masih
kurangnya pemahaman masyarakat akan kesetaraan gender.
Kaitan dengan itu,Pemerintah Daerah Mimika melalui Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana berencana terus berupaya meningkatkan pemahaman. Dalam hal akan pentingnya kesetaraan gender,pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak melalui kegiatan sosialisasi dan penguatan-penguatan. Guna meningkatkan pemahaman masyarakat akan kesetaraan gender.
Dalam konteks yang sederhana tidak hanya diperlukan sosialisasi semata. Tetapi perlu action secara langsung di tengah-tengah masyarakat.
Sebab,banyak perempuan yang belum memahami secara benar. Apalagi disampaikan
secara formalitas terutama menyangkut kebijakan. Akan sulit dicerna dan
dipahami oleh perempuan terutama yang berada dikampung-kampung.Dengan begitu
maka perempuan akan memahami. Sehingga kebijakan yang dituangkan dalam berbagai
program bisa diimplementasi dengan baik.
Dengan demikian maka
program pemberdayaan perempuan akan terlaksana dengan baik,perlindungan
terhadap perempuan akan meningkat yang ditandai dengan menurunnya angka KDRT. Maka
akan berdampak positif terhadap tingkat
kualitas hidup perempuan. Dengan begitu perempuan Mimika dan Papua secara umum
mampu melahirkan generasi penerus yang berkualitas. Maka secara langsung turut berpengaruh
pula pada pembangunan bangsa yang berkualitas.
Mama-mama Kamoro Kab.Mimika Pamerkan Hasil Kerajinan |